Creative Seconds

Karena Inspirasi Tak Butuh Waktu Lama

Urban Farming: Perspektif Ahli tentang Revolusi Pertanian Kota

Urban farming atau pertanian kota semakin menjadi perhatian global sebagai solusi inovatif untuk berbagai permasalahan perkotaan, mulai dari ketahanan pangan hingga peningkatan kualitas lingkungan. Berbagai ahli dari berbagai bidang, mulai dari pertanian, perencanaan kota, hingga sosiologi, telah memberikan kontribusi signifikan dalam memahami, mengembangkan, dan mempromosikan praktik ini. Artikel ini akan menelaah pandangan para ahli mengenai urban farming, meliputi definisi, manfaat, tantangan, dan berbagai model implementasi yang berhasil.

Definisi dan Ruang Lingkup Urban Farming Menurut Para Ahli

Definisi urban farming bervariasi, mencerminkan kompleksitas dan cakupan praktik ini. Beberapa ahli menekankan aspek produksi pangan, sementara yang lain menyoroti manfaat sosial dan lingkungan.

Jac Smit, seorang arsitek dan perencana kota yang dikenal sebagai salah satu pelopor urban farming modern, mendefinisikan urban farming sebagai "industri yang berlokasi di dalam (intra) dan di sekitar pinggiran kota (peri-urban), menanam dan memelihara, memproses dan mendistribusikan beragam makanan dan produk non-makanan, (re)menggunakan sebagian besar limbah perkotaan, menggunakan teknologi intensif sumber daya dan tenaga kerja, menghasilkan berbagai dampak ekonomi dan sosial positif." Definisi ini menekankan integrasi urban farming dengan sistem perkotaan yang lebih luas, termasuk pengelolaan limbah dan penciptaan lapangan kerja.

RUAF Foundation, sebuah organisasi internasional yang berfokus pada pertanian perkotaan dan ketahanan pangan, mendefinisikan urban farming sebagai "pertanian yang dilakukan di dalam dan di sekitar batas-batas kota dan kota kecil, termasuk hortikultura (termasuk buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias), peternakan, perikanan, dan kehutanan kota." Definisi ini memperluas cakupan urban farming di luar sekadar produksi pangan, mencakup berbagai kegiatan pertanian yang dapat dilakukan di lingkungan perkotaan.

Dr. Robert Gottlieb, seorang profesor studi perkotaan dan lingkungan di Occidental College, berpendapat bahwa urban farming lebih dari sekadar menanam makanan. Ia melihatnya sebagai "gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah sistem pangan dan meningkatkan akses pangan sehat bagi masyarakat yang kurang mampu." Perspektif ini menyoroti peran urban farming dalam mengatasi ketidaksetaraan pangan dan membangun komunitas yang lebih sehat.

Dari definisi-definisi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa urban farming adalah praktik pertanian yang dilakukan di dalam dan sekitar wilayah perkotaan, yang mencakup berbagai kegiatan produksi pangan dan non-pangan, serta memiliki dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan. Ruang lingkup urban farming sangat luas, meliputi berbagai skala, mulai dari kebun di balkon rumah hingga pertanian vertikal komersial.

Manfaat Urban Farming dari Sudut Pandang Berbagai Disiplin Ilmu

Para ahli dari berbagai disiplin ilmu sepakat bahwa urban farming menawarkan berbagai manfaat bagi kota dan penduduknya. Manfaat-manfaat ini dapat dikategorikan menjadi:

  • Ketahanan Pangan: Dr. Dickson Despommier, seorang profesor emeritus mikrobiologi dan kesehatan masyarakat di Columbia University, adalah pendukung utama pertanian vertikal. Ia berpendapat bahwa pertanian vertikal dapat secara signifikan meningkatkan ketahanan pangan perkotaan dengan memproduksi makanan secara lokal sepanjang tahun, mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan makanan yang panjang dan rentan. Urban farming dapat mengurangi "food miles" (jarak tempuh makanan), sehingga mengurangi emisi karbon dan biaya transportasi.

  • Peningkatan Kualitas Lingkungan: Dr. David Nowak, seorang ilmuwan senior di US Forest Service, telah melakukan penelitian ekstensif tentang manfaat lingkungan dari pohon dan vegetasi perkotaan. Urban farming, dengan menanam vegetasi di lingkungan perkotaan, dapat membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan, meningkatkan kualitas udara, dan mengurangi limpasan air hujan. Tanaman dapat menyerap polutan udara seperti nitrogen dioksida dan partikel debu, serta memberikan naungan dan pendinginan alami.

  • Manfaat Sosial dan Ekonomi: Dr. Nevin Cohen, seorang profesor kesehatan masyarakat di CUNY School of Public Health, telah meneliti dampak sosial urban farming. Ia menemukan bahwa urban farming dapat meningkatkan kohesi sosial, menyediakan ruang untuk interaksi sosial, dan meningkatkan rasa memiliki komunitas. Selain itu, urban farming dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan keterampilan pertanian, dan menyediakan akses ke makanan segar dan sehat bagi masyarakat yang kurang mampu. Keberadaan kebun komunitas seringkali menjadi katalisator untuk revitalisasi lingkungan dan peningkatan kualitas hidup.

  • Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Dr. Deborah Keierleber, seorang profesor pendidikan lingkungan di University of Maryland, berpendapat bahwa urban farming dapat menjadi alat yang efektif untuk pendidikan lingkungan. Melalui pengalaman langsung dalam menanam makanan, orang dapat belajar tentang siklus makanan, ekologi, dan pentingnya keberlanjutan. Urban farming dapat menginspirasi orang untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan mendukung sistem pangan yang lebih adil.

Tantangan dan Hambatan dalam Pengembangan Urban Farming

Meskipun memiliki banyak manfaat, pengembangan urban farming juga menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Para ahli mengidentifikasi beberapa tantangan utama, antara lain:

  • Keterbatasan Lahan: Keterbatasan lahan adalah salah satu tantangan terbesar dalam urban farming. Harga tanah di perkotaan seringkali sangat mahal, sehingga sulit untuk mendapatkan lahan yang cukup untuk pertanian. Dr. Christine Negra, seorang ilmuwan peneliti di Cary Institute of Ecosystem Studies, menyoroti pentingnya memaksimalkan penggunaan lahan yang ada, seperti atap, dinding, dan ruang-ruang kosong.

  • Kontaminasi Tanah dan Air: Tanah dan air di perkotaan seringkali terkontaminasi oleh logam berat, bahan kimia industri, dan polutan lainnya. Dr. Murray McBride, seorang profesor emeritus ilmu tanah di Cornell University, menekankan pentingnya melakukan pengujian tanah dan air secara teratur untuk memastikan keamanan pangan. Jika tanah terkontaminasi, perlu dilakukan remediasi atau menggunakan teknik pertanian seperti hidroponik dan akuaponik.

  • Peraturan dan Kebijakan: Peraturan dan kebijakan pemerintah dapat menjadi penghalang atau pendorong bagi pengembangan urban farming. Beberapa kota memiliki peraturan yang ketat tentang penggunaan lahan, bangunan, dan air, yang dapat mempersulit para petani kota untuk memulai dan menjalankan usaha mereka. Dr. Kristen Nicholson-Leonard, seorang profesor perencanaan kota di University of Illinois, menekankan pentingnya menciptakan kebijakan yang mendukung urban farming, seperti memberikan insentif pajak, mempermudah perizinan, dan menyediakan akses ke lahan.

  • Keterampilan dan Pengetahuan: Urban farming membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang berbeda dari pertanian tradisional. Para petani kota perlu memahami teknik pertanian yang sesuai dengan lingkungan perkotaan, seperti hidroponik, akuaponik, dan pertanian vertikal. Mereka juga perlu memiliki keterampilan dalam pemasaran, manajemen bisnis, dan komunikasi. Dr. Damian White, seorang profesor sosiologi di Rhode Island College, menyoroti pentingnya menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi para petani kota.

  • Akses ke Modal: Modal adalah sumber daya penting untuk memulai dan mengembangkan usaha urban farming. Para petani kota seringkali kesulitan mendapatkan akses ke pinjaman dan hibah karena mereka dianggap berisiko oleh lembaga keuangan. Dr. Alison Hope Alkon, seorang profesor sosiologi di University of the Pacific, menekankan pentingnya menciptakan program-program pembiayaan yang dirancang khusus untuk mendukung urban farming.

Model-Model Urban Farming yang Berhasil dan Inovatif

Para ahli telah mengidentifikasi berbagai model urban farming yang berhasil dan inovatif, yang dapat diadaptasi dan direplikasi di berbagai kota. Beberapa model yang menonjol antara lain:

  • Kebun Komunitas: Kebun komunitas adalah lahan yang dikelola secara kolektif oleh sekelompok orang untuk menanam makanan dan tanaman hias. Kebun komunitas seringkali menjadi pusat kegiatan sosial dan pendidikan, serta menyediakan akses ke makanan segar dan sehat bagi masyarakat.

  • Pertanian Atap: Pertanian atap adalah praktik menanam makanan di atap bangunan. Pertanian atap dapat membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan, meningkatkan efisiensi energi bangunan, dan menyediakan ruang hijau di lingkungan perkotaan.

  • Pertanian Vertikal: Pertanian vertikal adalah praktik menanam makanan dalam struktur bertingkat di dalam ruangan, menggunakan teknologi hidroponik atau akuaponik. Pertanian vertikal dapat memaksimalkan penggunaan lahan yang terbatas, menghasilkan makanan sepanjang tahun, dan mengurangi penggunaan air dan pestisida.

  • Akuaponik: Akuaponik adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan budidaya ikan dan tanaman. Air dari kolam ikan kaya akan nutrisi, yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman. Tanaman kemudian menyaring air, yang kemudian dikembalikan ke kolam ikan.

  • Pertanian Guerilla: Pertanian guerilla adalah praktik menanam makanan di lahan-lahan kosong atau terlantar tanpa izin. Pertanian guerilla seringkali dilakukan sebagai bentuk aktivisme untuk mempromosikan ketahanan pangan dan keberlanjutan.

Peran Teknologi dalam Memajukan Urban Farming

Teknologi memainkan peran yang semakin penting dalam memajukan urban farming. Para ahli menyoroti beberapa teknologi utama yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan urban farming:

  • Sensor dan Otomatisasi: Sensor dapat digunakan untuk memantau kondisi lingkungan, seperti suhu, kelembaban, dan tingkat nutrisi, dan memberikan umpan balik real-time kepada petani. Otomatisasi dapat digunakan untuk mengontrol sistem irigasi, pencahayaan, dan ventilasi, mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan meningkatkan efisiensi.

  • Big Data dan Analitik: Data dari sensor dan sistem otomatisasi dapat dianalisis untuk mengidentifikasi tren dan pola, serta mengoptimalkan praktik pertanian. Big data dan analitik dapat membantu petani membuat keputusan yang lebih baik tentang penanaman, pemupukan, dan pengendalian hama.

  • Artificial Intelligence (AI): AI dapat digunakan untuk mengembangkan model prediksi yang dapat memprediksi hasil panen, mendeteksi penyakit tanaman, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. AI juga dapat digunakan untuk mengembangkan sistem robotika yang dapat melakukan tugas-tugas pertanian, seperti penanaman, pemanenan, dan pembersihan.

  • Blockchain: Blockchain dapat digunakan untuk melacak asal-usul dan perjalanan makanan dari pertanian ke konsumen. Blockchain dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasokan makanan, serta memastikan keamanan dan kualitas pangan.

Masa Depan Urban Farming: Visi Para Ahli

Para ahli memiliki visi optimis tentang masa depan urban farming. Mereka percaya bahwa urban farming akan menjadi semakin penting dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan, perubahan iklim, dan urbanisasi.

Dr. Mitchell Silver, seorang perencana kota dan mantan komisaris Taman dan Rekreasi Kota New York, berpendapat bahwa urban farming akan menjadi bagian integral dari lanskap perkotaan. Ia membayangkan kota-kota yang dipenuhi dengan kebun-kebun atap, taman-taman vertikal, dan kebun-kebun komunitas, yang menyediakan makanan segar dan sehat bagi penduduknya.

Dr. Rosalind Fredericks, seorang antropolog yang meneliti sistem pangan, percaya bahwa urban farming dapat memberdayakan masyarakat untuk mengambil kendali atas sistem pangan mereka sendiri. Ia melihat urban farming sebagai alat untuk membangun komunitas yang lebih adil, berkelanjutan, dan tangguh.

Para ahli sepakat bahwa urban farming memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita memproduksi dan mengkonsumsi makanan. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, urban farming dapat menjadi kekuatan pendorong untuk menciptakan kota-kota yang lebih sehat, berkelanjutan, dan layak huni.

Urban Farming: Perspektif Ahli tentang Revolusi Pertanian Kota
Scroll to top