Creative Seconds

Karena Inspirasi Tak Butuh Waktu Lama

Kebun Binatang Surabaya: Lebih dari Sekadar Koleksi Satwa

Kebun Binatang Surabaya (KBS) adalah salah satu ikon kota Surabaya, Jawa Timur, yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Lebih dari sekadar tempat rekreasi, KBS merupakan cermin dari perkembangan kota, perubahan pengelolaan, dan tantangan konservasi satwa di Indonesia. Artikel ini akan membahas berbagai aspek penting mengenai KBS, mulai dari sejarahnya, koleksi satwanya, permasalahan yang pernah dihadapi, upaya perbaikan yang telah dilakukan, hingga perannya dalam edukasi dan konservasi.

Sejarah Panjang Kebun Binatang Surabaya

Kisah Kebun Binatang Surabaya bermula pada tahun 1916, ketika seorang jurnalis bernama H.F.K. Kommer mendirikan Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya) dengan tujuan mengabadikan koleksi satwa pribadi. Kommer, yang juga dikenal sebagai seorang kolektor satwa eksotik, ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat Surabaya untuk melihat dan mempelajari berbagai jenis hewan.

Pada awalnya, kebun binatang ini berlokasi di Kaliondo, kemudian dipindahkan ke Groedo dan akhirnya menempati lokasi permanennya di Darmo pada tahun 1920. Lokasi di Darmo inilah yang kemudian menjadi Kebun Binatang Surabaya yang kita kenal hingga saat ini. Luas areal KBS saat itu mencapai 15 hektar, sebuah lahan yang cukup luas untuk menampung beragam jenis satwa dan tumbuhan.

Setelah kemerdekaan Indonesia, pengelolaan kebun binatang ini mengalami perubahan. Pada tahun 1948, KBS resmi menjadi milik Pemerintah Kota Surabaya. Pengelolaan kemudian diserahkan kepada sebuah badan pengelola bernama PDTS KBS (Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya). Pergantian pengelolaan ini diharapkan dapat membawa perbaikan dan peningkatan kualitas layanan kebun binatang.

Sejak saat itu, KBS terus berkembang dan menjadi salah satu kebun binatang terbesar dan terlengkap di Indonesia. Namun, perkembangan ini juga diiringi dengan berbagai permasalahan, terutama terkait dengan kesejahteraan satwa dan pengelolaan keuangan.

Koleksi Satwa yang Beragam dan Ikonik

KBS memiliki koleksi satwa yang sangat beragam, mulai dari mamalia, burung, reptil, hingga ikan. Beberapa satwa ikonik yang menjadi daya tarik utama KBS antara lain:

  • Komodo ( Varanus komodoensis ): Sebagai satwa endemik Indonesia yang dilindungi, komodo selalu menjadi daya tarik utama bagi pengunjung KBS. KBS memiliki beberapa ekor komodo yang dirawat dengan baik dalam kandang yang menyerupai habitat alaminya.
  • Harimau Sumatera ( Panthera tigris sumatrae ): Harimau Sumatera merupakan salah satu subspesies harimau yang paling terancam punah. Kehadiran harimau Sumatera di KBS memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk melihat langsung keindahan dan keagungan satwa ini, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi.
  • Orangutan ( Pongo pygmaeus ): Orangutan juga merupakan satwa endemik Indonesia yang dilindungi. KBS memiliki beberapa ekor orangutan yang ditempatkan dalam kandang yang dilengkapi dengan fasilitas bermain dan pelatihan.
  • Buaya (Berbagai Spesies): KBS memiliki beberapa spesies buaya, termasuk buaya muara yang terkenal dengan ukurannya yang besar dan kekuatan gigitannya.

Selain satwa-satwa ikonik tersebut, KBS juga memiliki koleksi satwa lain yang tidak kalah menarik, seperti gajah, jerapah, singa, beruang madu, berbagai jenis burung, reptil, dan ikan. Keberagaman koleksi satwa ini menjadikan KBS sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Permasalahan Pelik dan Masa Kelam KBS

Meskipun memiliki sejarah panjang dan koleksi satwa yang beragam, KBS juga pernah mengalami masa-masa sulit dan permasalahan yang pelik. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi KBS adalah terkait dengan kesejahteraan satwa. Pada periode tertentu, banyak laporan mengenai satwa yang sakit, kurang gizi, bahkan mati secara misterius. Kondisi kandang yang kurang layak dan minimnya perawatan medis juga menjadi sorotan publik.

Selain masalah kesejahteraan satwa, KBS juga menghadapi permasalahan terkait dengan pengelolaan keuangan. Dugaan korupsi dan penyalahgunaan anggaran menjadi isu yang serius dan merusak citra KBS. Ketidakjelasan dalam pengelolaan keuangan menyebabkan kurangnya dana untuk perawatan satwa, perbaikan fasilitas, dan pengembangan kebun binatang.

Permasalahan-permasalahan ini mencapai puncaknya pada tahun 2010-an, ketika KBS dijuluki sebagai "Kebun Binatang Kematian" oleh media asing. Julukan ini diberikan karena tingginya angka kematian satwa di KBS, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perawatan dan kondisi kandang yang tidak layak.

Kondisi ini tentu saja memprihatinkan dan memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk aktivis hewan, masyarakat sipil, dan pemerintah. Desakan untuk segera melakukan perbaikan dan penyelamatan KBS semakin kuat.

Upaya Perbaikan dan Transformasi KBS

Menyadari kondisi KBS yang memprihatinkan, Pemerintah Kota Surabaya mengambil langkah-langkah strategis untuk melakukan perbaikan dan transformasi. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain:

  • Pengambilalihan Pengelolaan oleh Tim Transisi: Pemerintah Kota Surabaya membentuk Tim Transisi yang bertugas mengambil alih pengelolaan KBS dari PDTS KBS. Tim Transisi ini terdiri dari para ahli di bidang konservasi satwa, manajemen kebun binatang, dan keuangan. Tujuan utama dari pembentukan Tim Transisi adalah untuk melakukan audit menyeluruh terhadap kondisi KBS dan merumuskan langkah-langkah perbaikan yang komprehensif.
  • Perbaikan Infrastruktur dan Fasilitas: Salah satu fokus utama dari Tim Transisi adalah melakukan perbaikan infrastruktur dan fasilitas di KBS. Kandang-kandang satwa yang rusak diperbaiki atau dibangun ulang agar lebih layak dan sesuai dengan kebutuhan satwa. Selain itu, fasilitas penunjang lainnya, seperti klinik hewan, laboratorium, dan area publik juga diperbaiki dan ditingkatkan.
  • Peningkatan Kualitas Perawatan Satwa: Tim Transisi juga berupaya meningkatkan kualitas perawatan satwa di KBS. Hal ini dilakukan dengan merekrut dokter hewan dan perawat satwa yang kompeten, menyediakan pakan yang berkualitas, serta meningkatkan program kesehatan dan pencegahan penyakit.
  • Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan: Untuk mengatasi masalah pengelolaan keuangan, Tim Transisi menerapkan sistem pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel. Semua transaksi keuangan dicatat dan diaudit secara berkala. Selain itu, Tim Transisi juga berupaya meningkatkan pendapatan KBS melalui berbagai kegiatan, seperti penjualan tiket, penyewaan lahan, dan kerjasama dengan pihak swasta.
  • Program Konservasi dan Edukasi: KBS juga meningkatkan program konservasi dan edukasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan, seperti seminar, workshop, dan pameran yang bertema konservasi satwa. Selain itu, KBS juga menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga konservasi untuk meningkatkan upaya pelestarian satwa.

Upaya-upaya perbaikan ini menunjukkan hasil yang positif. Kondisi satwa di KBS semakin membaik, angka kematian satwa menurun, dan citra KBS di mata publik mulai membaik.

Peran KBS dalam Edukasi dan Konservasi

Kebun Binatang Surabaya memiliki peran penting dalam edukasi dan konservasi satwa di Indonesia. Sebagai lembaga konservasi, KBS bertugas untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis satwa, terutama satwa-satwa yang terancam punah. Melalui program penangkaran dan rehabilitasi, KBS berupaya untuk meningkatkan populasi satwa-satwa tersebut di alam liar.

Selain itu, KBS juga berperan sebagai pusat edukasi bagi masyarakat. Melalui berbagai kegiatan edukasi, KBS berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi satwa dan lingkungan. Pengunjung KBS dapat belajar tentang berbagai jenis satwa, habitatnya, perilakunya, dan ancaman yang dihadapinya.

Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi satwa dan lingkungan, KBS berharap dapat berkontribusi pada upaya pelestarian alam di Indonesia. KBS bukan hanya sekadar tempat rekreasi, tetapi juga merupakan lembaga yang memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia.

Tantangan Masa Depan dan Harapan

Meskipun telah mengalami banyak perbaikan, KBS masih menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

  • Keterbatasan Lahan: Luas areal KBS yang terbatas menjadi kendala dalam pengembangan kebun binatang. Keterbatasan lahan ini menyebabkan sulitnya membangun kandang yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan satwa.
  • Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan satwa di KBS. Perubahan suhu dan curah hujan dapat menyebabkan satwa stres dan rentan terhadap penyakit.
  • Ancaman Perburuan Liar: Ancaman perburuan liar terhadap satwa-satwa di alam liar juga menjadi tantangan bagi KBS. KBS harus berupaya untuk meningkatkan program konservasi dan edukasi agar masyarakat lebih peduli terhadap perlindungan satwa liar.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, KBS memiliki potensi yang besar untuk menjadi kebun binatang yang modern, profesional, dan berkelanjutan. Dengan terus melakukan perbaikan dan inovasi, KBS dapat menjadi kebanggaan kota Surabaya dan berkontribusi pada upaya konservasi satwa di Indonesia.

Harapannya, KBS dapat terus meningkatkan kualitas layanan dan fasilitas, meningkatkan program konservasi dan edukasi, serta menjadi contoh bagi kebun binatang lain di Indonesia. Dengan demikian, KBS dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat dan berkontribusi pada upaya pelestarian alam di Indonesia.

Kebun Binatang Surabaya: Lebih dari Sekadar Koleksi Satwa
Scroll to top