Urban farming atau pertanian perkotaan menjadi semakin penting dalam konteks dunia yang terus mengalami urbanisasi dan perubahan iklim. Dengan semakin banyak orang yang tinggal di kota, kebutuhan akan pangan yang berkelanjutan dan diproduksi secara lokal menjadi semakin mendesak. Urban farming menawarkan solusi yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan ini, namun bagaimana implementasinya? Apakah lebih efektif dilakukan di atas atau di bawah tanah? Artikel ini akan mengeksplorasi kedua pendekatan tersebut secara mendalam, membahas kelebihan, kekurangan, dan contoh-contoh suksesnya.
Pertanian Atas Tanah: Memanfaatkan Ruang Vertikal dan Horizontal
Pertanian atas tanah dalam konteks urban farming merujuk pada metode bercocok tanam yang memanfaatkan lahan terbuka, atap bangunan, dinding, dan ruang vertikal lainnya di lingkungan perkotaan. Pendekatan ini mencakup berbagai teknik, mulai dari kebun komunitas tradisional hingga sistem hidroponik dan akuaponik yang canggih.
Kelebihan Pertanian Atas Tanah:
- Akses Cahaya Matahari: Cahaya matahari merupakan faktor penting dalam fotosintesis, proses yang memungkinkan tanaman menghasilkan energi. Pertanian atas tanah secara alami mendapatkan keuntungan dari paparan sinar matahari, yang mengurangi kebutuhan akan pencahayaan buatan dan menghemat energi.
- Biaya Awal yang Lebih Rendah (Potensi): Bergantung pada jenis sistem yang digunakan, pertanian atas tanah berpotensi memiliki biaya awal yang lebih rendah dibandingkan pertanian bawah tanah. Kebun komunitas sederhana yang menggunakan tanah dan kompos alami, misalnya, membutuhkan investasi yang relatif kecil.
- Peningkatan Estetika dan Kualitas Hidup: Kebun dan taman di atas atap atau dinding bangunan dapat meningkatkan estetika lingkungan perkotaan. Mereka juga dapat menyediakan ruang hijau bagi warga kota, yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental.
- Pengurangan Efek Pulau Panas Perkotaan: Tanaman dapat membantu mendinginkan lingkungan perkotaan melalui evapotranspirasi, proses di mana air menguap dari permukaan daun. Pertanian atas tanah dapat membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan, fenomena di mana suhu di perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan sekitarnya.
- Potensi Pendidikan dan Keterlibatan Masyarakat: Kebun komunitas dan proyek urban farming lainnya dapat menjadi sarana pendidikan bagi masyarakat tentang pertanian, nutrisi, dan keberlanjutan. Mereka juga dapat mempromosikan keterlibatan masyarakat dan rasa memiliki terhadap lingkungan.
Kekurangan Pertanian Atas Tanah:
- Keterbatasan Lahan: Ketersediaan lahan di perkotaan seringkali menjadi kendala utama bagi pertanian atas tanah. Ruang terbuka dan atap bangunan mungkin terbatas atau mahal untuk disewa atau dibeli.
- Paparan Cuaca Ekstrem: Tanaman yang ditanam di atas tanah rentan terhadap cuaca ekstrem seperti panas terik, hujan lebat, angin kencang, dan embun beku. Hal ini dapat mempengaruhi hasil panen dan membutuhkan perlindungan tambahan.
- Ketergantungan pada Irigasi: Tergantung pada iklim dan jenis tanaman, pertanian atas tanah mungkin membutuhkan irigasi yang signifikan untuk memastikan tanaman mendapatkan air yang cukup. Hal ini dapat meningkatkan penggunaan air dan biaya operasional.
- Masalah Hama dan Penyakit: Tanaman yang ditanam di atas tanah rentan terhadap hama dan penyakit, yang dapat mengurangi hasil panen dan membutuhkan penggunaan pestisida (yang sebaiknya dihindari dalam konteks urban farming yang berkelanjutan).
- Regulasi dan Perizinan: Pertanian atas tanah mungkin tunduk pada berbagai regulasi dan perizinan, tergantung pada lokasi dan jenis kegiatan. Hal ini dapat menambah kompleksitas dan biaya proyek.
Contoh Sukses Pertanian Atas Tanah:
- Brooklyn Grange (New York City, USA): Salah satu pertanian atap terbesar di dunia, Brooklyn Grange menanam berbagai macam sayuran dan herbal di atas atap bangunan di New York City. Mereka menyediakan hasil panen segar untuk restoran lokal dan pasar petani.
- Lufa Farms (Montreal, Kanada): Lufa Farms membangun rumah kaca atap di atas bangunan komersial di Montreal. Mereka menggunakan sistem hidroponik untuk menanam sayuran sepanjang tahun, mengurangi ketergantungan pada impor makanan.
- The Plant (Chicago, USA): The Plant adalah fasilitas pertanian perkotaan yang berfokus pada keberlanjutan. Mereka menggabungkan berbagai teknik pertanian, termasuk hidroponik, akuaponik, dan pertanian vertikal, untuk menanam makanan dan menghasilkan energi.
Pertanian Bawah Tanah: Memanfaatkan Ruang yang Terabaikan
Pertanian bawah tanah melibatkan penggunaan ruang bawah tanah, seperti bunker, tambang yang ditinggalkan, dan ruang bawah tanah bangunan, untuk menanam tanaman. Pendekatan ini seringkali menggunakan sistem hidroponik atau aeroponik yang dikendalikan secara ketat, dengan pencahayaan LED menggantikan sinar matahari alami.
Kelebihan Pertanian Bawah Tanah:
- Pengendalian Lingkungan yang Tinggi: Pertanian bawah tanah memungkinkan pengendalian lingkungan yang tinggi, termasuk suhu, kelembaban, pencahayaan, dan nutrisi. Hal ini dapat menciptakan kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen.
- Produksi Sepanjang Tahun: Dengan pengendalian lingkungan yang ketat, pertanian bawah tanah dapat menghasilkan tanaman sepanjang tahun, terlepas dari kondisi cuaca di luar. Hal ini dapat meningkatkan keamanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor makanan musiman.
- Penggunaan Lahan yang Efisien: Pertanian bawah tanah dapat memanfaatkan ruang yang terabaikan atau tidak terpakai, seperti bunker atau tambang yang ditinggalkan. Hal ini dapat membantu memaksimalkan penggunaan lahan di perkotaan dan mengurangi tekanan pada lahan pertanian.
- Pengurangan Penggunaan Air: Sistem hidroponik dan aeroponik yang digunakan dalam pertanian bawah tanah dapat mengurangi penggunaan air secara signifikan dibandingkan dengan pertanian tradisional. Air dapat didaur ulang dan digunakan kembali, mengurangi limbah dan menghemat sumber daya.
- Potensi untuk Otomatisasi: Pertanian bawah tanah dapat diotomatisasi menggunakan sensor, robot, dan sistem kontrol lainnya. Hal ini dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan meningkatkan efisiensi.
Kekurangan Pertanian Bawah Tanah:
- Biaya Awal yang Tinggi: Pertanian bawah tanah membutuhkan investasi yang signifikan dalam infrastruktur, termasuk sistem pencahayaan LED, sistem pengendalian lingkungan, dan sistem hidroponik atau aeroponik.
- Ketergantungan pada Energi: Pertanian bawah tanah sangat bergantung pada energi untuk pencahayaan, pemanasan, pendinginan, dan operasi sistem lainnya. Hal ini dapat meningkatkan biaya operasional dan dampak lingkungan, kecuali jika energi yang digunakan berasal dari sumber terbarukan.
- Kurangnya Paparan Sinar Matahari: Tanaman yang ditanam di bawah tanah tidak mendapatkan sinar matahari alami, yang penting untuk fotosintesis. Pencahayaan LED harus menyediakan spektrum cahaya yang tepat untuk memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal.
- Keterampilan Teknis yang Dibutuhkan: Pertanian bawah tanah membutuhkan keterampilan teknis yang tinggi untuk mengoperasikan dan memelihara sistem pengendalian lingkungan dan hidroponik atau aeroponik.
- Persepsi Publik: Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman dengan gagasan makanan yang ditanam di bawah tanah, karena mereka mungkin menganggapnya tidak alami atau tidak sehat.
Contoh Sukses Pertanian Bawah Tanah:
- Growing Underground (London, UK): Growing Underground menggunakan terowongan perlindungan udara bawah tanah yang ditinggalkan dari Perang Dunia II untuk menanam sayuran mikro dan herbal. Mereka menggunakan sistem hidroponik dan pencahayaan LED untuk menghasilkan makanan segar sepanjang tahun.
- Plant Chicago (Chicago, USA): Selain pertanian atas tanah, Plant Chicago juga memiliki fasilitas pertanian bawah tanah yang menggunakan sistem akuaponik untuk menanam sayuran dan memelihara ikan. Mereka menggabungkan berbagai teknik pertanian untuk menciptakan sistem yang berkelanjutan dan efisien.
- Deep Greens (Kansas City, USA): Deep Greens menggunakan tambang batu kapur yang ditinggalkan untuk menanam sayuran hijau. Mereka menggunakan sistem hidroponik dan pencahayaan LED untuk menghasilkan makanan segar untuk pasar lokal.
Perbandingan Biaya dan Keberlanjutan
Ketika mempertimbangkan pertanian atas atau bawah tanah, penting untuk mempertimbangkan biaya dan keberlanjutan jangka panjang. Pertanian atas tanah, terutama kebun komunitas sederhana, berpotensi memiliki biaya awal yang lebih rendah. Namun, pertanian bawah tanah, dengan pengendalian lingkungan yang ketat, dapat menghasilkan panen yang lebih tinggi dan stabil sepanjang tahun.
Dalam hal keberlanjutan, kedua pendekatan memiliki pro dan kontra. Pertanian atas tanah memanfaatkan sinar matahari alami, yang mengurangi kebutuhan akan energi. Namun, mereka mungkin membutuhkan lebih banyak air dan rentan terhadap hama dan penyakit. Pertanian bawah tanah, di sisi lain, sangat bergantung pada energi, tetapi mereka dapat mengurangi penggunaan air dan pestisida.
Keberlanjutan kedua metode sangat bergantung pada bagaimana mereka dikelola dan sumber daya yang mereka gunakan. Pertanian atas tanah yang menggunakan kompos alami dan teknik pengendalian hama organik dapat menjadi sangat berkelanjutan. Demikian pula, pertanian bawah tanah yang menggunakan energi terbarukan dan sistem daur ulang air yang efisien dapat meminimalkan dampak lingkungannya.
Integrasi dengan Sistem Perkotaan
Baik pertanian atas maupun bawah tanah dapat diintegrasikan dengan sistem perkotaan untuk menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan tangguh. Pertanian atas tanah dapat diintegrasikan dengan bangunan hijau untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi dampak lingkungan. Mereka juga dapat menyediakan ruang hijau bagi warga kota dan meningkatkan kualitas hidup.
Pertanian bawah tanah dapat diintegrasikan dengan infrastruktur perkotaan yang ada, seperti stasiun kereta bawah tanah dan terowongan. Mereka juga dapat menyediakan sumber makanan lokal yang aman dan stabil, mengurangi ketergantungan pada impor makanan dari jarak jauh.
Potensi Masa Depan
Pertanian atas dan bawah tanah memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan pangan perkotaan. Dengan kemajuan teknologi, kita dapat mengharapkan untuk melihat sistem pertanian yang lebih efisien, berkelanjutan, dan terintegrasi yang memanfaatkan ruang dan sumber daya perkotaan secara maksimal.
Kita dapat membayangkan bangunan dengan atap hijau yang produktif, dinding yang ditumbuhi tanaman merambat, dan ruang bawah tanah yang digunakan untuk menanam makanan. Sistem ini akan terhubung dengan jaringan distribusi makanan lokal, menyediakan makanan segar dan sehat untuk warga kota sambil mengurangi dampak lingkungan dari produksi dan transportasi makanan.
Kesimpulan
Pertanian atas dan bawah tanah menawarkan solusi yang inovatif dan menjanjikan untuk meningkatkan keamanan pangan dan keberlanjutan di lingkungan perkotaan. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pilihan terbaik tergantung pada faktor-faktor seperti ketersediaan lahan, biaya, sumber daya, dan tujuan proyek. Dengan mempertimbangkan semua faktor ini dan memanfaatkan teknologi dan praktik terbaik, kita dapat menciptakan sistem pertanian perkotaan yang lebih berkelanjutan, tangguh, dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.