Kompos drum plastik menjadi semakin populer sebagai metode pengomposan modern, terutama di lingkungan perkotaan atau lahan terbatas. Penggunaan drum plastik menawarkan berbagai keuntungan dibandingkan metode tradisional seperti tumpukan terbuka, termasuk pengendalian yang lebih baik terhadap kondisi lingkungan, pengurangan bau, dan perlindungan dari hama. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pembuatan kompos menggunakan drum plastik, mencakup berbagai aspek seperti jenis drum yang cocok, persiapan bahan, proses pengomposan, masalah yang mungkin timbul, dan manfaat yang bisa didapatkan.
Memilih Drum Plastik yang Tepat
Keberhasilan pembuatan kompos drum plastik sangat bergantung pada pemilihan drum yang tepat. Tidak semua drum plastik cocok untuk digunakan sebagai komposter. Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah:
-
Jenis Plastik: Hindari drum yang terbuat dari plastik dengan kode daur ulang 3 (PVC atau polivinil klorida) dan 6 (PS atau polistirena). Kedua jenis plastik ini berpotensi melepaskan zat kimia berbahaya ke dalam kompos. Pilihlah drum yang terbuat dari HDPE (High-Density Polyethylene) dengan kode daur ulang 2 atau PP (Polypropylene) dengan kode daur ulang 5. Plastik jenis ini lebih aman dan tahan terhadap paparan panas dan zat kimia.
-
Ukuran Drum: Ukuran drum akan menentukan seberapa banyak material yang bisa Anda komposkan sekaligus. Drum berukuran kecil (50-100 liter) cocok untuk kebutuhan rumah tangga dengan sedikit limbah organik. Drum berukuran sedang (100-200 liter) ideal untuk keluarga dengan jumlah limbah organik yang lebih banyak. Drum besar (di atas 200 liter) cocok untuk kebun atau komunitas.
-
Kondisi Drum: Pastikan drum dalam kondisi baik, tidak retak atau bocor. Drum bekas yang pernah digunakan untuk menyimpan bahan kimia berbahaya harus dihindari. Jika menggunakan drum bekas, pastikan drum telah dicuci bersih dan dibilas berkali-kali untuk menghilangkan residu yang mungkin tertinggal.
-
Warna Drum: Meskipun tidak terlalu krusial, warna drum dapat mempengaruhi suhu di dalam komposter. Drum berwarna hitam akan menyerap lebih banyak panas matahari, yang dapat mempercepat proses pengomposan, tetapi juga dapat menyebabkan kompos menjadi terlalu kering di iklim panas. Drum berwarna terang akan memantulkan panas dan menjaga suhu lebih stabil.
-
Tutup Drum: Pastikan drum memiliki tutup yang rapat untuk menjaga kelembapan di dalam komposter dan mencegah masuknya lalat atau hama lainnya. Tutup yang dilengkapi dengan pengunci atau pengencang akan lebih efektif.
Persiapan Drum dan Aerasi
Setelah memilih drum yang tepat, langkah selanjutnya adalah mempersiapkannya untuk proses pengomposan. Persiapan yang baik akan memastikan aerasi yang cukup dan drainase yang optimal.
-
Membuat Lubang Aerasi: Aerasi sangat penting untuk proses pengomposan aerobik, di mana mikroorganisme membutuhkan oksigen untuk menguraikan limbah organik. Buatlah lubang-lubang kecil di sekeliling drum, terutama di bagian bawah dan samping. Lubang-lubang ini akan memungkinkan udara masuk dan keluar dari komposter. Jumlah dan ukuran lubang aerasi tergantung pada ukuran drum dan jenis material yang akan dikomposkan. Semakin banyak material basah, semakin banyak lubang aerasi yang dibutuhkan.
-
Membuat Lubang Drainase: Jika material yang dikomposkan terlalu basah, air berlebih dapat menghambat proses pengomposan dan menyebabkan bau tidak sedap. Buatlah beberapa lubang drainase di bagian bawah drum untuk mengeluarkan kelebihan air.
-
Menambahkan Roda (Opsional): Untuk drum berukuran besar, menambahkan roda akan memudahkan pemindahan dan pembalikan kompos. Roda juga akan mencegah drum bersentuhan langsung dengan tanah, yang dapat menyebabkan korosi atau kerusakan.
-
Membuat Bingkai Penyangga (Opsional): Bingkai penyangga dapat membantu menjaga drum tetap stabil dan memudahkan pembalikan kompos. Bingkai dapat terbuat dari kayu atau logam.
Menyiapkan Bahan dan Proses Pengomposan
Proses pengomposan drum plastik pada dasarnya sama dengan pengomposan tradisional, tetapi dengan lingkungan yang lebih terkontrol. Kunci keberhasilan adalah menjaga keseimbangan antara "hijau" (bahan kaya nitrogen) dan "coklat" (bahan kaya karbon).
-
Bahan "Hijau": Bahan hijau meliputi sisa makanan (sayuran, buah-buahan, ampas kopi), potongan rumput, dan pupuk kandang. Bahan-bahan ini kaya akan nitrogen, yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak.
-
Bahan "Coklat": Bahan coklat meliputi daun kering, ranting kecil, serbuk gergaji, kertas bekas (tanpa tinta berwarna), dan kardus yang dicacah. Bahan-bahan ini kaya akan karbon, yang berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dan membantu menciptakan struktur yang baik untuk aerasi.
-
Lapisan: Mulailah dengan lapisan bahan coklat di bagian bawah drum. Ini akan membantu aerasi dan drainase. Kemudian, tambahkan lapisan bahan hijau, diikuti dengan lapisan bahan coklat lagi. Ulangi proses ini sampai drum hampir penuh. Pastikan untuk memotong atau mencacah bahan-bahan besar agar lebih cepat terurai.
-
Kelembapan: Kelembapan adalah faktor penting lainnya dalam proses pengomposan. Kompos harus lembap seperti spons yang diperas. Jika terlalu kering, tambahkan air. Jika terlalu basah, tambahkan lebih banyak bahan coklat.
-
Pembalikan: Balik kompos secara teratur (setiap beberapa hari atau seminggu sekali) untuk membantu aerasi dan memastikan semua bagian terurai secara merata. Drum yang dilengkapi dengan roda atau bingkai penyangga akan memudahkan pembalikan.
-
Suhu: Suhu di dalam komposter akan meningkat selama proses pengomposan. Suhu ideal untuk pengomposan aktif adalah antara 50°C dan 70°C. Suhu yang tinggi akan membunuh patogen dan biji gulma.
Mengatasi Masalah Umum dalam Kompos Drum Plastik
Meskipun kompos drum plastik menawarkan banyak keuntungan, beberapa masalah mungkin timbul selama proses pengomposan.
-
Bau Tidak Sedap: Bau tidak sedap biasanya disebabkan oleh kurangnya aerasi atau terlalu banyak bahan basah. Pastikan lubang aerasi tidak tersumbat dan tambahkan lebih banyak bahan coklat untuk menyerap kelebihan air. Membalik kompos secara teratur juga akan membantu mengurangi bau.
-
Lalat Buah: Lalat buah seringkali tertarik pada sisa makanan di dalam komposter. Tutup drum dengan rapat dan kubur sisa makanan di bawah lapisan bahan coklat untuk mencegah lalat buah berkembang biak.
-
Kompos Terlalu Kering: Jika kompos terlalu kering, mikroorganisme tidak akan dapat bekerja dengan efektif. Tambahkan air secara bertahap sampai kompos lembap seperti spons yang diperas.
-
Kompos Terlalu Basah: Jika kompos terlalu basah, tambahkan lebih banyak bahan coklat untuk menyerap kelebihan air. Pastikan lubang drainase tidak tersumbat.
-
Proses Pengomposan Lambat: Proses pengomposan mungkin lambat jika suhu di dalam komposter terlalu rendah. Tambahkan lebih banyak bahan hijau untuk meningkatkan nitrogen dan memicu aktivitas mikroorganisme. Memastikan aerasi yang cukup juga penting.
Memanen Kompos dan Memanfaatkannya
Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompos berkualitas tinggi bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti jenis material, ukuran partikel, suhu, dan kelembapan. Biasanya, proses pengomposan membutuhkan waktu antara 2 hingga 6 bulan.
-
Tanda-Tanda Kompos Matang: Kompos yang matang akan berwarna gelap, bertekstur remah, dan berbau tanah. Anda tidak akan lagi dapat mengenali bahan-bahan asli yang Anda masukkan ke dalam komposter.
-
Memanen Kompos: Setelah kompos matang, Anda dapat memanennya dengan menyaringnya untuk memisahkan kompos halus dari material yang belum terurai. Material yang belum terurai dapat dikembalikan ke komposter untuk diolah lebih lanjut.
-
Manfaat Kompos: Kompos adalah pupuk alami yang kaya akan nutrisi dan mikroorganisme bermanfaat. Kompos dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi kebutuhan pupuk kimia. Kompos juga dapat digunakan sebagai mulsa untuk menekan pertumbuhan gulma dan menjaga kelembapan tanah. Kompos dapat dimanfaatkan untuk tanaman hias, sayuran, buah-buahan, dan tanaman lainnya di kebun atau pot.