Creative Seconds

Karena Inspirasi Tak Butuh Waktu Lama

Komposter Buatan Sendiri: Mungkinkah?

Kompos, pupuk organik yang kaya nutrisi, adalah hasil dekomposisi bahan organik seperti sisa makanan, daun kering, dan rumput. Penggunaan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Kabar baiknya, komposter, alat untuk membuat kompos, tidak harus selalu dibeli. Komposter sederhana dapat dibuat sendiri di rumah dengan memanfaatkan berbagai bahan yang tersedia. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang berbagai cara membuat komposter sendiri, mulai dari yang paling sederhana hingga yang sedikit lebih kompleks, beserta kelebihan dan kekurangannya.

1. Komposter Ember Sederhana: Mulai dari Dapur

Metode ini adalah yang paling mudah dan murah untuk memulai proses pengomposan. Bahan yang dibutuhkan hanyalah ember plastik bekas dengan penutup, tanah, dan bahan organik yang akan dikomposkan.

Bahan yang diperlukan:

  • Ember plastik bekas (ukuran sesuai kebutuhan)
  • Penutup ember
  • Tanah
  • Bahan organik (sisa makanan, daun kering, dll.)
  • Bor (opsional, untuk ventilasi)

Langkah-langkah pembuatan:

  1. Siapkan ember: Bersihkan ember plastik dari sisa-sisa kotoran. Jika Anda ingin meningkatkan aerasi, bor beberapa lubang kecil di bagian samping dan dasar ember. Ini opsional, namun sangat disarankan.
  2. Lapisan pertama: Letakkan lapisan tanah di dasar ember. Tanah berfungsi sebagai inokulan yang mengandung mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi.
  3. Tambahkan bahan organik: Masukkan bahan organik yang akan dikomposkan secara bertahap. Pastikan bahan organik telah dicacah atau dipotong kecil-kecil agar proses dekomposisi berjalan lebih cepat.
  4. Lapisan kedua: Tutup lapisan bahan organik dengan lapisan tanah tipis. Ini membantu mengurangi bau dan menarik lalat.
  5. Ulangi: Ulangi langkah 3 dan 4 hingga ember hampir penuh.
  6. Pelembapan: Pastikan kompos dalam keadaan lembap, namun tidak terlalu basah. Jika terlalu kering, tambahkan sedikit air. Jika terlalu basah, tambahkan bahan kering seperti serbuk gergaji atau daun kering.
  7. Aduk: Aduk kompos secara berkala, misalnya seminggu sekali, untuk memastikan aerasi yang baik.
  8. Tutup: Tutup ember dengan rapat untuk menjaga kelembapan dan mencegah masuknya lalat.
  9. Panen: Setelah beberapa minggu atau bulan, kompos akan matang dan siap digunakan. Tandanya adalah kompos berwarna gelap, bertekstur remah, dan berbau tanah.

Kelebihan:

  • Sangat mudah dibuat dan murah.
  • Cocok untuk pemula.
  • Tidak memerlukan ruang yang besar.

Kekurangan:

  • Kapasitas terbatas.
  • Membutuhkan pengadukan manual.
  • Potensi bau jika tidak dikelola dengan baik.
  • Kurang efisien dalam aerasi jika hanya mengandalkan lubang bor.

2. Komposter Takakura: Memanfaatkan Kardus Bekas

Komposter Takakura, dipopulerkan oleh Koji Takakura dari Jepang, menggunakan kardus bekas sebagai wadah dan starter kompos (biasanya sekam padi yang telah difermentasi). Metode ini sangat baik untuk mendaur ulang kardus dan menghasilkan kompos berkualitas tinggi.

Bahan yang diperlukan:

  • Kardus bekas (ukuran sesuai kebutuhan)
  • Sekam padi yang telah difermentasi (starter kompos)
  • Bahan organik (sisa makanan, daun kering, dll.)
  • Kain bekas (sebagai penutup)
  • Air

Langkah-langkah pembuatan:

  1. Siapkan kardus: Buat wadah dari kardus bekas. Anda bisa melipat kardus menjadi bentuk kotak atau menggunakan kardus yang sudah berbentuk kotak. Perkuat bagian bawah kardus agar tidak mudah jebol.
  2. Starter kompos: Masukkan sekam padi yang telah difermentasi ke dalam kardus. Sekam padi ini akan menjadi media tempat mikroorganisme berkembang biak dan membantu proses dekomposisi. Anda bisa membeli starter kompos Takakura di toko pertanian atau membuatnya sendiri dengan cara memfermentasi sekam padi menggunakan EM4 (Effective Microorganisms 4).
  3. Tambahkan bahan organik: Masukkan bahan organik yang akan dikomposkan secara bertahap. Pastikan bahan organik telah dicacah atau dipotong kecil-kecil.
  4. Aduk: Aduk bahan organik dengan starter kompos secara merata.
  5. Pelembapan: Pastikan kompos dalam keadaan lembap, namun tidak terlalu basah. Jika terlalu kering, tambahkan sedikit air.
  6. Tutup: Tutup komposter dengan kain bekas untuk menjaga kelembapan dan mencegah masuknya lalat.
  7. Aduk berkala: Aduk kompos secara berkala, misalnya setiap hari, untuk memastikan aerasi yang baik.
  8. Panen: Setelah beberapa minggu atau bulan, kompos akan matang dan siap digunakan.

Kelebihan:

  • Memanfaatkan kardus bekas sebagai wadah.
  • Menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
  • Proses dekomposisi relatif cepat.
  • Tidak menimbulkan bau jika dikelola dengan baik.

Kekurangan:

  • Membutuhkan starter kompos Takakura (sekam padi fermentasi).
  • Kardus bisa rusak jika terlalu basah.
  • Membutuhkan pengadukan harian.
  • Tidak tahan lama dibandingkan komposter dari bahan plastik.

3. Komposter Keranjang: Aerasi Alami

Komposter keranjang memanfaatkan keranjang anyaman atau wadah berlubang untuk memastikan aerasi yang baik. Metode ini cocok untuk mengompos bahan organik yang menghasilkan banyak air, seperti sisa buah-buahan dan sayuran.

Bahan yang diperlukan:

  • Keranjang anyaman atau wadah berlubang
  • Tanah
  • Bahan organik (sisa makanan, daun kering, dll.)
  • Penutup (opsional, untuk menjaga kelembapan)

Langkah-langkah pembuatan:

  1. Siapkan keranjang: Pilih keranjang anyaman atau wadah berlubang dengan ukuran sesuai kebutuhan. Pastikan keranjang bersih dari kotoran.
  2. Lapisan pertama: Letakkan lapisan tanah di dasar keranjang.
  3. Tambahkan bahan organik: Masukkan bahan organik yang akan dikomposkan secara bertahap. Pastikan bahan organik telah dicacah atau dipotong kecil-kecil.
  4. Lapisan kedua: Tutup lapisan bahan organik dengan lapisan tanah tipis.
  5. Ulangi: Ulangi langkah 3 dan 4 hingga keranjang hampir penuh.
  6. Pelembapan: Pastikan kompos dalam keadaan lembap, namun tidak terlalu basah.
  7. Penutup (opsional): Jika ingin menjaga kelembapan, tutup keranjang dengan penutup.
  8. Aduk berkala: Aduk kompos secara berkala, misalnya seminggu sekali, untuk memastikan aerasi yang baik.
  9. Panen: Setelah beberapa minggu atau bulan, kompos akan matang dan siap digunakan.

Kelebihan:

  • Aerasi yang baik karena wadah berlubang.
  • Cocok untuk mengompos bahan organik yang menghasilkan banyak air.
  • Relatif mudah dibuat.

Kekurangan:

  • Kurang efektif dalam menjaga kelembapan jika tidak ada penutup.
  • Potensi bau jika tidak dikelola dengan baik.
  • Membutuhkan pengadukan manual.
  • Serangga mudah masuk.

4. Komposter Tong Vertikal: Hemat Ruang

Komposter tong vertikal ideal untuk lahan sempit atau apartemen. Komposter ini memanfaatkan tong plastik atau drum bekas yang dipasang secara vertikal.

Bahan yang diperlukan:

  • Tong plastik atau drum bekas
  • Pipa PVC (untuk aerasi)
  • Bor
  • Tanah
  • Bahan organik (sisa makanan, daun kering, dll.)

Langkah-langkah pembuatan:

  1. Siapkan tong: Bersihkan tong plastik atau drum bekas.
  2. Lubang aerasi: Bor beberapa lubang kecil di bagian samping dan dasar tong untuk aerasi.
  3. Pipa PVC: Masukkan pipa PVC berlubang ke tengah tong secara vertikal untuk meningkatkan aerasi.
  4. Lapisan pertama: Letakkan lapisan tanah di dasar tong.
  5. Tambahkan bahan organik: Masukkan bahan organik yang akan dikomposkan secara bertahap. Pastikan bahan organik telah dicacah atau dipotong kecil-kecil.
  6. Lapisan kedua: Tutup lapisan bahan organik dengan lapisan tanah tipis.
  7. Ulangi: Ulangi langkah 5 dan 6 hingga tong hampir penuh.
  8. Pelembapan: Pastikan kompos dalam keadaan lembap, namun tidak terlalu basah.
  9. Penutup: Tutup tong dengan rapat untuk menjaga kelembapan dan mencegah masuknya lalat.
  10. Panen: Buat lubang panen di bagian bawah tong untuk mengambil kompos yang sudah matang.

Kelebihan:

  • Hemat ruang karena desain vertikal.
  • Aerasi yang baik dengan pipa PVC.
  • Kapasitas lebih besar dibandingkan komposter ember.

Kekurangan:

  • Lebih rumit dalam pembuatan dibandingkan komposter ember atau kardus.
  • Membutuhkan tong plastik atau drum bekas.
  • Membutuhkan pengadukan manual.
  • Berat saat dipindahkan.

5. Komposter Vermikompos: Bantuan Cacing

Vermikompos atau kompos cacing menggunakan cacing tanah untuk mempercepat proses dekomposisi. Metode ini menghasilkan kompos yang sangat kaya nutrisi.

Bahan yang diperlukan:

  • Dua wadah plastik (satu wadah berlubang diletakkan di dalam wadah lainnya)
  • Cacing tanah (jenis Eisenia fetida atau Lumbricus rubellus)
  • Media cacing (cocopeat, serbuk gergaji, atau koran bekas)
  • Bahan organik (sisa makanan, daun kering, dll.)

Langkah-langkah pembuatan:

  1. Siapkan wadah: Letakkan wadah plastik berlubang di dalam wadah plastik yang lebih besar (tanpa lubang). Wadah yang lebih besar berfungsi untuk menampung air lindi (cairan yang dihasilkan dari proses dekomposisi).
  2. Media cacing: Masukkan media cacing ke dalam wadah berlubang. Media cacing berfungsi sebagai tempat tinggal dan makanan bagi cacing.
  3. Masukkan cacing: Masukkan cacing tanah ke dalam media cacing.
  4. Tambahkan bahan organik: Masukkan bahan organik yang akan dikomposkan secara bertahap. Pastikan bahan organik telah dicacah atau dipotong kecil-kecil.
  5. Pelembapan: Pastikan media cacing dalam keadaan lembap, namun tidak terlalu basah.
  6. Pemberian makan: Beri makan cacing secara berkala dengan sisa makanan.
  7. Panen: Setelah beberapa bulan, kompos cacing akan matang dan siap digunakan. Anda bisa memanen kompos cacing dengan cara memisahkan cacing dari kompos.

Kelebihan:

  • Menghasilkan kompos yang sangat kaya nutrisi.
  • Proses dekomposisi lebih cepat dibandingkan metode lain.
  • Mengurangi volume sampah organik secara signifikan.

Kekurangan:

  • Membutuhkan cacing tanah khusus.
  • Membutuhkan perawatan yang lebih intensif.
  • Sensitif terhadap suhu dan kelembapan.
  • Potensi bau jika tidak dikelola dengan baik.
  • Membutuhkan pemisahan cacing saat panen.

6. Tips Umum untuk Keberhasilan Pengomposan

Terlepas dari metode yang dipilih, ada beberapa tips umum yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan berjalan sukses:

  • Rasio Karbon dan Nitrogen: Idealnya, kompos mengandung rasio karbon (bahan kering seperti daun kering dan serbuk gergaji) dan nitrogen (bahan hijau seperti sisa makanan dan rumput) yang seimbang. Rasio yang ideal adalah sekitar 25:1 hingga 30:1.
  • Ukuran Bahan: Semakin kecil ukuran bahan organik, semakin cepat proses dekomposisi. Cacah atau potong kecil-kecil bahan organik sebelum dimasukkan ke dalam komposter.
  • Kelembapan: Pastikan kompos dalam keadaan lembap, namun tidak terlalu basah. Kompos yang terlalu kering akan memperlambat proses dekomposisi, sedangkan kompos yang terlalu basah akan menyebabkan bau.
  • Aerasi: Mikroorganisme yang membantu proses dekomposisi membutuhkan oksigen. Pastikan kompos mendapatkan aerasi yang cukup dengan cara mengaduknya secara berkala.
  • Hindari Bahan yang Tidak Boleh Dikomposkan: Hindari memasukkan bahan-bahan seperti daging, tulang, produk susu, minyak, dan lemak ke dalam komposter karena dapat menyebabkan bau dan menarik hama.
  • Lokasi: Letakkan komposter di tempat yang teduh dan terlindung dari hujan langsung.

Dengan mengikuti panduan ini, Anda dapat membuat komposter sendiri dengan mudah dan mengubah sampah organik menjadi pupuk yang bermanfaat untuk tanaman Anda. Selamat mencoba!

Komposter Buatan Sendiri: Mungkinkah?
Scroll to top